Kebumen, Kilaskebumen.com – Lima hiu paus tercatat terdampar di pantai wilayah Kabupaten Kebumen selama kurun waktu tujuh tahun terakhir.
Yayasan Sealife Indonesia bersama Loka Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (LPSPL) Serang kini berupaya menggali informasi untuk mengetahui fenomena terdamparnya hiu paus di wilayah Jawa Selatan yang biasanya kerap terjadi saat akhir tahun.
Dokter Hewan dari Yayasan Sealife Indonesia, Dwi Suprapti menyampaikan, pihaknya berupaya untuk menggali informasi dari jejaring respon cepat penanganan hiu paus terdampar di wilayah Kebumen melalui sarasehan hari ini. Menurutnya wilayah Selatan Jawa baik itu wilayah Yogyakarta dan Purworejo, Kebumen dan Cilacap menjadi lokasi yang cukup sering adanya hiu paus yang terdampar.
“Di Kebumen ada 5 kejadian (hiu paus) terdampar beberapa tahun terakhir,” ungkapnya saat acara sarasehan evaluasi penanganan hiu paus terdampar di Kabupaten Kebumen, Jumat (19/12/2025) siang.
Oleh karena itu pihaknya perlu menggali informasi dari rekan jejaring mengenai apa yang telah dilakukan ketika ada kejadian hiu paus terdampar serta apa yang perlu diperbaiki terkait penanganannya.
Dia menuturkan, langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui penyebab fenomena hiu paus terdampar serta menguatkan jejaring tidak hanya di Kebumen tapi di wilayah Selatan Jawa sehingga semakin solid dan tepat dalam penanganan hiu paus terdampar.
“Informasi akan dianalisis dan difollow-up,” terangnya.
Dari sarasehan ini, terangnya, rekan-rekan jejaring masih ada yang belum mengetahui teknis penanganan hiu paus yang terdampar. Oleh karena nantinya akan ditindaklanjuti dengan pelatihan penanganan hiu paus yang terdampar.
Penanggungjawab Wilyah Kerja DIY Loka Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Serang, Budi Raharjo mengungkapkan, ada lima kejadian hiu paus terdampar di Kabupaten Kebumen dari 2018 hingga 2025.
Secara keseluruhan di wilayah kerja LPSPL Serang meliputi pulau Jawa selain Jawa Timur, Bengkulu, Bangka Belitung dan Lampung, terangnya, tercatat ada 41 hiu paus yang terdampar kurun waktu 2011 hingga 2024.
“Kedamparan hiu paus paling banyak 2023. Trennya itu terjadi pada Oktober sampai Februari, paling tinggi November-Desember terdamparnya megafauna ataupun hiu paus,” ungkapnya.
Pihaknya bersama Sealife Indonesia berupaya untuk mencari tahu penyebab terjadinya fenomena tersebut. Berkaca dari kejadian di Purworejo beberapa waktu lalu, pihaknya menduga hiu paus terdampar saat mencari makan.
“Ketika pasang (air laut) pas mau balek, surut terus terdampar,” tuturnya.
Namun pihaknya belum tahu penyebab pasti adanya hiu paus yang terdampar di pesisir pantai. Oleh karena itu melalui kegiatan ini salah satunya tujuannya yakni untuk menggali informasi guna mengetahui penyebab kejadian tersebut. Menurutnya penanganan hiu paus selama ini sudah bagus tapi perlu dikuatkan lagi.
“Selama ini kan hanya sampai penanganannya dikuburkan tidak sampai mencari penyebabnya apa,” jelas Budi.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kelautan dan Perikanan (DLHKP) Kebumen, Asep Nurdiana mengatakan, masyarakat perlu diedukasi terkait penanganan apabila ada hiu paus yang terdampar. Menurutnya kegiatan ini bagus sehingga peserta dapat menyebarluaskan bagaimana penanganan apabila ada hiu paus yang terdampar.
“Kedepan mungkin kalau memungkinkan dan ada dasae hukum, kita bentuk tim penanganan terkait adanya terdamparnya ikan (hiu paus) atau mamalia,” pungkasnya.
